Dari lahir, gue selalu membawa lilin harapan di hati gue. Gue berusaha menjaganya dan bekerja keras agar lilin harapan ini tidak padam. Tetapi pada saat umur 17 tahun, lilin ini hampir saja padam. Harapan gue yang gue pupuk dari gue kecil tidak terealisasikan. Cita-cita gue yang gue damba-dambakan hilang begitu saja. Sampai pada akhirnya gue memasuki suatu lubang dimana tak ada panggilan hati sedikitpun untuk menuju jalan keluar yang cerah dari lubang tersebut. Ketika gue berada didalam lubang itu, gue hanya mencari senter dan berusaha menyalakannya agar gue bisa cepat keluar melalui pintu mana saja, ga peduli pintu keluar itu cerah atau tidak. Yang penting gue keluar dengan selamat.
Selangkah lagi gue akan keluar dari lubang ini, pastinya dengan perasaan menyesal dan kecewa. "Kenapa gue rela menjebloskan diri gue ke lubang ini cuma gara-gara gue lari dari paksaan?" Kata-kata ini sering sekali gue denger dari hati gue yang paling dalam. Ya, ini adalah sebuah kesalahan besar dalam hidup gue yang berdampak kepada masa depan gue. Tetapi gue masih punya lilin harapan dihati gue, walau lilin ini sudah redup. Gue berusaha mempertahankan lilin harapan gue agar kembali terang seperti gue kecil dulu. Sekarang gue mulai berfikir untuk mencerahkan lilin harapan gue ini lagi disaat gue sudah keluar dari lubang ini. Gue membuat suatu plan didalam hidup gue ini ditemani dengan lilin harapan gue yang redup. Gue mau memulai hidup gue dengan memegang lilin harapan gue yang bersinar cerah sampai seluruh dunia melihat lilin harapan ini. Yap, tak ada gunanya gue meratapi lilin harapan gue yang redup ini, yang ada lilin ini bakal mati dan gue akan kegelapan di lubang ini untuk selama-lamanya. Sekarang gue harus bertekad untuk menjaga lilin harapan gue sampai gue keluar dari lubang ini. Dan tentunya saja menuntun adik-adik gue agar lilin harapan mereka tak redup seperti punya gue.
Now, hard work and keep smile.
.Citra Pratiwi.
0 comments:
Posting Komentar